Kamis, 01 Desember 2011

STORY "Sebenarnya, hidup itu indah"


SEBENARNYA, HIDUP ITU INDAH

                Terkadang setiap orang memang selalu menganggap hidup ini menyusahkan. Hidup ini hanya seperti penyiksaan sementara bagi mereka. Karena hidup ini bagi mereka memang menyulitkan dengan banyaknya konflik hidup di dunia. Seperti yang pernah dialami olehku di suatu waktu.
                Saat itu, hujan turun deras. Aku hendak pulang dari sekolah ku di SMP Indah Sejahtera. Namun, aku  terjebak hujan di sebuah pertokoan dekat perumahan Citra Indah. Aku lupa tak membawa payung maupun jas hujan. Saat itu aku benar-benar sendiri. Tak ada teman maupun keluarga yang pergi bersamaku.
                Sepermenit kemudian, disaat hujan menandakan hanya rintik-rintik, aku nekat berlari untuk segera pulang. Ku sebrangi jalan raya yang tampak basah didepanku. Tapi karena kecerobohanku yang sebelumnya tak hati-hati berjalan akhirnya membuatku terpeleset di tengah jalan raya yang untungnya sedang sepi saat itu. Namun, keadaan berbeda disaat aku tak bisa terbangun dari jatuhku dan akhirnya ada sebuah mobil yang hilang kendali saat ada aku di depannya. Mobil itu jelas menabrakku. Tabrakkan itu….. Oh sungguh, sakit yang tak tertahan.
                Mobil itu menabrakku tepat mengenai kaki kananku yang terselonjor saat itu. Alhasil, kakiku berlumuran darah begitu banyaknya. Aku meringis begitu kencang saat itu. Sang supir pun segera membawaku ke Rumah Sakit terdekat. Beruntungnya aku, supir itu adalah orang yang bertanggung jawab.
                Setelah aku di bawa ke Rumah Sakit, dokter mengatakan aku perlu rawat inap dulu di Rumah sakit selama kurang lebih 3 hari. Karena setelah kaki kananku di ronsen, ternyata ada kerusakan di tulang lutut kakiku atau bisa dibilang kakiku patah tulang. Dokter berkata satu-satunya jalan adalah amputasi. Apapun yang terjadi aku harus siap menerima keputusan itu.
                Keesokkan harinya, dokter sudah mengajakku untuk segera operasi amputasi. Orang tuaku juga sudah menyetujuinya ternyata. Dengan berbekal doa dan kesiapan mental yang mantap, aku pun siap apa adanya untuk operasi.
                Operasi berjalan lancar saat itu. Namun satu yang menyesakkan sekali bagiku. Aku telah kehilangan kaki kananku. Di umurku yang masih 13 tahun ini aku mesti merasakan hidup dengan cacat.
                Aku tersadar semua ini bagaikan penghambat kebahagiaan hidupku di dunia. Aku tersadar ternyata dunia kejam telah merenggut bahagiaku dengan memberikan kejadian tragis untukku itu. Sesaat aku menjadi benci terhadap dunia ini!
~ ~ ~
                Hingga hari ini, aku masih merasakan kesengsaraan luar biasa dalam hidupku. Bagaimana tidak? Kini aku beraktivitas hanya dengan kaki sebelah dan kemana pun pergi harus dengan kursi roda. Semua nya menggangguku, menyiksaku!
~ ~ ~
                Tapi di suatu malam, saat itu sudah genap 1 bulan aku menjalani kehidupan dengan kesengsaraan tanpa kaki kanan. Saat itu aku tengah termenung di luar kamarku menatap langit. Sesekali aku menatap pemandangan malam disekitar rumahku.
                Entah apa itu namun tiba-tiba aku menangis. Aku merasa mendapatkan sesuatu dari renunganku itu. Melihat awan dilangit dengan bintang yang bersinar bebas disana, membuatku merasakan sesuatu.
                Aku tersadar seketika. Bintang itu tampak kecil dari sini namun apakah yang terlihat jika itu dari dekat? Begitupun yang aku pandang tentang dunia ini. Sekejab dunia ini memang menyakitkan, tapi apakah yang ada dibalik semua ini jika terlihat jelas?
                Ini motivasi untukku. Dunia memang terasa menyakitkan bila kita hanya diam tanpa melihat yang sebenarnya.
~ ~ ~
Empat tahun kemudian…
                “Nak, ada panggilan dari salah satu Penerbit yang memunculkan novelmu sebulan yang lalu. Cepat lah angkat telfon di ruang tamu,” seru Ibuku yang menghampiriku ke kamar. Segera aku bergegas berbicara dengan Penerbit itu.
                “Halo! Ya ini dengan aku Ara. Ada apa ya?” sapaku sekaligus bertanya kepada penelpon disana.
                “Oh hai Ara. Kami hanya ingin memberitahukan bahwa novel terbitan pertamamu di terbitan kami ini sudah mencapai tingkat penjualan yang tinggi. Bisa dibilang, novelmu itu sekarang sedang best seller” jelas penelpon itu. Aku tersontak kaget namun dengan segera aku bertanya lagi.
                “Benarkah? Novelku itu baru sebulan terbit. Mengapa sekarang sudah menjadi best seller?
                “Ya, Ara. Itu suatu keberuntungan untukmu. Novelmu itu sangat bagus dan bisa diacungkan seribu jempol bahkan lebih. itu sungguh luar biasa, Ara. Selamat yaaaa,” ujar penelpon disana.
                “Ah iya. Baiklah. Terimakasih banyak ya atas infonya. Senang sekali aku bisa bekerja sama dengan Penerbit kalian. Sekali lagi terimakasih,” ujar aku kepadanya dengan nada riang. Setelah itu kami sempat sedikit berbincang-bincang dan diakhiri setelah penelpon membeitahuku kapan mereka akan mengirimkan royalti dari novelku.
~ ~ ~
                Akhirnya setelah kurang lebih empat tahun aku beraktifitas dengan kursi roda ini, aku masih bisa menciptakan kesuksesan yang begitu merekahkan kebahagiaan sempurna.
                Ya, selama empat tahun ini aku sering menghabiskan waktu membuat cerita sehingga bisa menjadi novel. Menjadi penulis memang cita-citaku dari kecil. Menulis sudah menjadi hobiku pula. Namun aku sempat putus asa ketika aku kehilangan kaki kananku. Aku merasa saat itu aku tidak akan pernah bisa melanjutkan cita-citaku dengan kondisi cacat.
                Tapi ternyata dunia berbalik. Kesengsaraan dan keputus asaanku empat tahun silam, kini berubah menjadi kesuksesan dan kebahagiaan yang menenggelamkan masa depan suramku. Aku tersadar ternyata benar, dunia ini tak sepenuhnya menyengsarakan. Aku salah dulu menilai kehidupan. Aku terlalu bodoh karena saat itu aku tak berpikir jernih dan meneliti lebih dalam tentang dunia yang sebenarnya indah ini.
                Kini aku sangat merasakan bahagia dengan semua semangatku ini. Semangat yang telah diberikan dunia kepadaku. Aku siap melangkah lebih maju lagi…. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar