SEBENARNYA, HIDUP ITU
INDAH
Terkadang
setiap orang memang selalu menganggap hidup ini menyusahkan. Hidup ini hanya
seperti penyiksaan sementara bagi mereka. Karena hidup ini bagi mereka memang
menyulitkan dengan banyaknya konflik hidup di dunia. Seperti yang pernah
dialami olehku di suatu waktu.
Saat
itu, hujan turun deras. Aku hendak pulang dari sekolah ku di SMP Indah
Sejahtera. Namun, aku terjebak hujan di
sebuah pertokoan dekat perumahan Citra Indah. Aku lupa tak membawa payung
maupun jas hujan. Saat itu aku benar-benar sendiri. Tak ada teman maupun
keluarga yang pergi bersamaku.
Sepermenit
kemudian, disaat hujan menandakan hanya rintik-rintik, aku nekat berlari untuk
segera pulang. Ku sebrangi jalan raya yang tampak basah didepanku. Tapi karena
kecerobohanku yang sebelumnya tak hati-hati berjalan akhirnya membuatku
terpeleset di tengah jalan raya yang untungnya sedang sepi saat itu. Namun,
keadaan berbeda disaat aku tak bisa terbangun dari jatuhku dan akhirnya ada
sebuah mobil yang hilang kendali saat ada aku di depannya. Mobil itu jelas
menabrakku. Tabrakkan itu….. Oh sungguh, sakit yang tak tertahan.
Mobil
itu menabrakku tepat mengenai kaki kananku yang terselonjor saat itu. Alhasil,
kakiku berlumuran darah begitu banyaknya. Aku meringis begitu kencang saat itu.
Sang supir pun segera membawaku ke Rumah Sakit terdekat. Beruntungnya aku, supir
itu adalah orang yang bertanggung jawab.
Setelah
aku di bawa ke Rumah Sakit, dokter mengatakan aku perlu rawat inap dulu di
Rumah sakit selama kurang lebih 3 hari. Karena setelah kaki kananku di ronsen,
ternyata ada kerusakan di tulang lutut kakiku atau bisa dibilang kakiku patah
tulang. Dokter berkata satu-satunya jalan adalah amputasi. Apapun yang terjadi
aku harus siap menerima keputusan itu.
Keesokkan
harinya, dokter sudah mengajakku untuk segera operasi amputasi. Orang tuaku
juga sudah menyetujuinya ternyata. Dengan berbekal doa dan kesiapan mental yang
mantap, aku pun siap apa adanya untuk operasi.
Operasi
berjalan lancar saat itu. Namun satu yang menyesakkan sekali bagiku. Aku telah
kehilangan kaki kananku. Di umurku yang masih 13 tahun ini aku mesti merasakan
hidup dengan cacat.
Aku
tersadar semua ini bagaikan penghambat kebahagiaan hidupku di dunia. Aku
tersadar ternyata dunia kejam telah merenggut bahagiaku dengan memberikan
kejadian tragis untukku itu. Sesaat aku menjadi benci terhadap dunia ini!
~ ~ ~
Hingga
hari ini, aku masih merasakan kesengsaraan luar biasa dalam hidupku. Bagaimana
tidak? Kini aku beraktivitas hanya dengan kaki sebelah dan kemana pun pergi
harus dengan kursi roda. Semua nya menggangguku, menyiksaku!
~ ~ ~
Tapi di
suatu malam, saat itu sudah genap 1 bulan aku menjalani kehidupan dengan kesengsaraan
tanpa kaki kanan. Saat itu aku tengah termenung di luar kamarku menatap langit.
Sesekali aku menatap pemandangan malam disekitar rumahku.
Entah
apa itu namun tiba-tiba aku menangis. Aku merasa mendapatkan sesuatu dari
renunganku itu. Melihat awan dilangit dengan bintang yang bersinar bebas
disana, membuatku merasakan sesuatu.
Aku tersadar
seketika. Bintang itu tampak kecil dari sini namun apakah yang terlihat jika
itu dari dekat? Begitupun yang aku pandang tentang dunia ini. Sekejab dunia ini
memang menyakitkan, tapi apakah yang ada dibalik semua ini jika terlihat jelas?
Ini motivasi
untukku. Dunia memang terasa menyakitkan bila kita hanya diam tanpa melihat yang
sebenarnya.
~ ~ ~
Empat tahun
kemudian…
“Nak,
ada panggilan dari salah satu Penerbit yang memunculkan novelmu sebulan yang
lalu. Cepat lah angkat telfon di ruang tamu,” seru Ibuku yang menghampiriku ke
kamar. Segera aku bergegas berbicara dengan Penerbit itu.
“Halo! Ya
ini dengan aku Ara. Ada apa ya?” sapaku sekaligus bertanya kepada penelpon
disana.
“Oh hai Ara. Kami hanya ingin memberitahukan bahwa novel terbitan pertamamu di
terbitan kami ini sudah mencapai tingkat penjualan yang tinggi. Bisa dibilang,
novelmu itu sekarang sedang best seller” jelas penelpon itu. Aku tersontak
kaget namun dengan segera aku bertanya lagi.
“Benarkah?
Novelku itu baru sebulan terbit. Mengapa
sekarang sudah menjadi best seller?”
“Ya, Ara. Itu suatu keberuntungan untukmu. Novelmu itu sangat bagus dan bisa diacungkan
seribu jempol bahkan lebih. itu sungguh luar biasa, Ara. Selamat yaaaa,”
ujar penelpon disana.
“Ah
iya. Baiklah. Terimakasih banyak ya atas infonya. Senang sekali aku bisa
bekerja sama dengan Penerbit kalian. Sekali lagi terimakasih,” ujar aku
kepadanya dengan nada riang. Setelah itu kami sempat sedikit berbincang-bincang
dan diakhiri setelah penelpon membeitahuku kapan mereka akan mengirimkan royalti dari novelku.
~ ~ ~
Akhirnya
setelah kurang lebih empat tahun aku beraktifitas dengan kursi roda ini, aku
masih bisa menciptakan kesuksesan yang begitu merekahkan kebahagiaan sempurna.
Ya,
selama empat tahun ini aku sering menghabiskan waktu membuat cerita sehingga
bisa menjadi novel. Menjadi penulis memang cita-citaku dari kecil. Menulis sudah
menjadi hobiku pula. Namun aku sempat putus asa ketika aku kehilangan kaki kananku.
Aku merasa saat itu aku tidak akan pernah bisa melanjutkan cita-citaku dengan
kondisi cacat.
Tapi ternyata
dunia berbalik. Kesengsaraan dan keputus asaanku empat tahun silam, kini
berubah menjadi kesuksesan dan kebahagiaan yang menenggelamkan masa depan
suramku. Aku tersadar ternyata benar, dunia ini tak sepenuhnya menyengsarakan. Aku
salah dulu menilai kehidupan. Aku terlalu bodoh karena saat itu aku tak
berpikir jernih dan meneliti lebih dalam tentang dunia yang sebenarnya indah
ini.
Kini aku
sangat merasakan bahagia dengan semua semangatku ini. Semangat yang telah
diberikan dunia kepadaku. Aku siap melangkah lebih maju lagi…. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar